Senin, 06 April 2015

pengujian sifat kulit

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Jurusan/Program Studi Peternakan
 












Disusun Oleh:
Kelompok 18
Nisakurin Rahmah                        H0513102
Nur Shoodiq A.                  H0513107
Nurtiyasiningsih                 H0513109
Ratih Dewi Hapsari           H0513121
Rohmawan                         H0513129
Sugiharti                             H0513132
Titik Kadarwati                 H0513137


LABORATORIUM INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL TERNAK
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

               IV.            PENGUJIAN SIFAT KULIT
A.    Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Kulit merupakan pelindung tubuh bagi hewan bertingkat tinggi. Susunan kimia kulit segar terdiri dari air, protein, lemak, mineral, vitamin, karbohidrat dan enzim. Komposisi kulit berbeda-beda tergantung pada jenis, bangsa, umur dan jenis kelamin. Secara umum kulit segar terdiri dari air 64%, protein 33%, lemak 2%, substansi 0,8% dan mineral 0,2%.
Sifat-sifat fisik kulit adalah ketahanan kulit terhadap pengaruh luar, baik pengaruh mekanik maupun pengaruh lingkungan. Kekerasan dan kualitas kulit dipengaruhi oleh kadar lemak, air, protein fibrous dan protein globular dalam kulit. Kekuatan kulit terutama dipengaruhi oleh kadar protein dalam kulit.
Kandungan air dalam protein kolagen akan mempengaruhi pengerutan kulit. Perkamen nilai pengerutan pada kulit lebih kecil daripada kulit kering. Penyebab hal tersebut karena kulit perkamen serabutnya sudah banyak yang putus dan kadar protein kulit perkamen lebih rendah daripada kulit kering. Terputusnya serabut akan mempengaruhi kekuatan kulit, dalam hal ini adalah persentase kerut maksimal.
2.    Tujuan Praktikum
Tujuan dari Pengujian Sifat Kulit ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik kulit dan persentase kemuluran kulit setelah kulit mengalami proses penyamakan.
3.    Waktu dan Tempat Praktikum
Pengujian Sifat Kulit ini dilaksanakan pada Rabu, 16 April 2014 pada pukul 11.20-12.50 WIB bertempat di Ruang 10 Gedung B, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.


B.     Tinjauan Pustaka
Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan sebagai suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Dilihat dari data statistik nilai ekspor kulit Indonesia, dimana pada tahun 2008 nilai ekspor kulit mencapai 7,600 kg dengan harga  jual US$ 100,000,000. Nilai ekspor yang tinggi ini dapat memberi keuntungan yang cukup baik bagi  industri kulit yang ada di Indonesia. Kulit dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sepatu, jaket, dompet, ikat pinggang serta masih ada beberapa produk-produk lain yang memanfaatkan kulit sebagai bahan bakunya, seperti kerupuk kulit dan gelatin untuk bahan pangan. Komoditas kulit digolongkan menjadi kulit mentah dan kulit samak (Purnomo, 2000).
Kulit mentah adalah bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan sampai kulit yang mengalami proses-proses pengawetan atau siap samak. Kulit mentah dibedakan atas kulit hewan besar seperti sapi, kerbau, steer, dan kuda. Kelompok kulit yang berasal dari hewan kecil, seperti kambing, domba, calf , dan kelinci termasuk di dalamnya kulit hewan besar yang belum dewasa seperti kulit anak sapi dan kuda          (Judoamidjojo, 2000).
Berat kulit mentah akan berpengaruh terhadap kekuatan tarik kulit. Rata-rata berat kulit mentah kulit kambing PE adalah 1,306 kg dan kulit kambing PB adalah 1,750 kg, hal ini dapat mempengaruhi nilai hasil kekuatan tarik kulit samaknya. Nilai kekuatan tarik kulit kambing PE lebih tinggi daripada kekuatan tarik kulit kambing PB (Prayitno et al, 2005).
Reaksi penyamakan merupakan suatu sistem keseimbangan. Proses penyamakan yang lebih lama akan menghasilkan lebih banyak krom yang terikat pada kolagen. Efisiensi penyamakan krom tergantung pada konsentrasi krom dalam larutan yang juga merupakan faktor penentu dalam penyebaran bahan penyamak. Konsentrasi krom yang masuk dalam struktur serabut kolagen tinggi akan mengakibatkan kecepatan reaksi antara kolagen dengan krom tinggi, sebaliknya pada konsentrasi yang rendah, kecepatan reaksi antara kolagen dengan krom juga rendah (Ludvik, 2000).
Kekuatan sobek ekuivalen dengan kekuatan tarik kulit samak dan berbanding terbalik dengan kemuluran. Kulit samak jika kekuatan tariknya tinggi maka kekuatan sobeknya juga tingi. Tinggi rendahnya kekuatan tarik kulit samak dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jenis bahan penyamak, lama penyamakan, spesies dan umur hewan (Etherington et al, 2000).
C.    Materi dan Metode
1.    Materi
a.    Alat
1)   Tensile strength meter
2)   Jangka sorong, dan atau skin thickness micrometer
3)   Tatah
4)   Penggaris
5)   Beban
b.    Bahan
1)   Kulit samak lapis
2)   Kulit samak bulu dari bulu kambing atau kulit samak krom
2.    Text Box: 1 cmText Box: 3 cmText Box: 11 cmText Box: CText Box: 5 cmText Box: BText Box: AText Box: Gambar 1. Pola untuk menguji kekuatan tarik dan kemuluran kulitMetode







a.    Membuat sampel kulit seperti pada gambar 1.
b.    Mengukur ketebalan kulit dengan jangka sorong pada tiga bagian.
c.    Menjepit sampel kulit pada tensile strength meter dari Scooper dengan jarak antara penjepit 5 cm.
d.   Skala yang menunjukkan beban maksismum dan angka pertambahan panjang diatur pada angka nol
e.    Menjalankan pesawat sampai sampel kulit putus dengan menambah beban sedikit demi sedikit.
f.     Mencatat berat beban yang dibutuhkan sampai sampel kulit menjadi putus ditimbang dan angka pertambahan panjang sampel kulit pada skala.
D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.    Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran
URAIAN
UKURAN
Luas Penampang Kulit
Beban yang dibutuhkan
Gaya yang dibutuhkan
Kekuatan Tarik
% Kemuluran
Kerut maksimal
0,164 cm2
1,92 kg
19,2 N
117,073 N/cm2
15,41 %
12,68 %
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak 2014
Perhitungan :
a.       Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Panjang Awal       = 10,25 cm
Panjang Akhir      = 8,95 cm
Beban                   = 1,92 kg
Tebal Rata-rata     = 0,016 cm
Gaya Gravitasi     = 10 m/s2
b.      Luas Penampang Kulit (A)
A  = tebal rata-rata x lebar kulit
     = 0,016 x 10,25
      = 0,164 cm2
c.       Beban yang dibutuhkan = 1,92 kg
d.      Gaya yang dibutuhkan (F)
F   = beban x gaya gravitasi
     = 1,92 x 10
     = 19,2 N
e.       Kekuatan Tarik
Kekuatan Tarik   
                                   
                                   
f.       % Kemuluran
% Kemuluran                                                                                  
                                               
g.        Kerut maksimal   
                                               
                                   
                                    = 12,68 %
2.    Pembahasan
Kulit yang diujikan pada pengujian kulit ini yaitu kulit kambing dengan lebar 10,25 cm dan tebal 0,016 cm serta panjang awal kulit sebesar 8,95 cm. Pengujian hanya dilakukan pada keadaan fisik kulit tersebut, dan tidak melakukan pengujian terhadap kandungan air, protein, lemak, mineral dan senyawa lain seperti pigmen. Hasil percobaan diperoleh kekuatan tarik kulit sebesar 117, 073 N/cm2 dari perhitungan yang ada yaitu dengan membagi gaya yang dibutuhkan dengan luas penampang yang masing-masing sebesar 19,2 N dan 0,164 cm2. Luas penampang itu sendiri didapat dari tebal rata-rata kulit sebesar 0,016 cm dikalikan dengan panjang kulit sebesar 8,95 cm. Gaya yang dibutuhkan didapat dari perhitungan beban sebesar 1,92 kg dan dikalikan gravitasi sebesar 10 N/kg. Kemudian persen kemuluran dicari dengan cara membagi panjang tarik kulit tersebut dengan panjang awal kulit kemudian dikalikan dengan 100% yang akhirnya diperoleh hasil persen kemuluran sebesar 14,41 %.
Menurut Etherington (2008) kulit merupakan organ tunggal tubuh paling berat, pada sapi sekitar 6-8%, dan domba 8-12%, dengan demikian kulit juga merupakan hasil ikutan ternak yang paling tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by-product yang dihasilkan oleh seekor ternak. Kulit segar tersusun dari 64% air, 33% protein, 2% lemak, 0,5% garam mineral dan 0,5% penyusun lainnya misalnya vitamin dan pigmen. Kualitas  kulit kambing PE tidak berbeda dengan kulit kambing PB ditinjau dari kemuluran dan kekuatan  sobek  sedangkan  terdapat  perbedaan  kualitasnya  apabila  ditinjau  dari kelemasan,  kekuatan  tarik  dan  kekuatan  jahit. Kekuatan tarik kulit tinggi maka kekuatan sobeknya juga tingi. Tinggi rendahnya kekuatan tarik kulit samak dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jenis bahan penyamak, lama penyamakan, spesies dan umur hewan.
Berdasarkan pengamatan uji kualitas kulit didapatkan hasil kekuatan tarik kulit sebesar 117,073 N/cm2 dan diperoleh hasil persen kemuluran sebesar 87,3 %. Hasil tersebut tidak sesuai dengan tinjauan pustaka yaitu semakin tinggi kekuatan tarik kulit maka % kemuluran juga semakin tinggi. Ketidaksesuaian hasil dengan tinjauan pustaka dapat dikarenakan panjang tarik yang didapat lebih pendek daripada panjang awal sebelum dilakukan pengujian.
E.  Kesimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Sifat kulit hewan ternak dapat diketahui melalui uji kekuatan tarik dan kemuluran hingga kita mengetahui % kemuluran. Hasil percobaan diperoleh kekuatan tarik sebesar 117,073 N/cm2. Perolehan hasil % kemuluran sebesar 15,41 %. Data pengujian kami menunjukkan tingginya kekuatan tarik tidak mempengaruhi tingginya % kemuluran.
2.   Saran
Saran dari kelompok kami untuk praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak kedepannya antara lain :
a.  Kedisiplinan dalam melaksanakan praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak lebih diperhatikan oleh Praktikan maupun Asisten sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik.
b.  Keaktifan tiap-tiap anggota kelompok praktikan sangat diperlukan baik dalam melakukan praktikum maupun bertanya sehingga dapat melaksanakan praktikum dengan baik.
c.  Penyediaan alat dan bahan yang memadai sehingga praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak dapat berjalan dengan seharusnya tanpa ada gangguan dikarenakan alat atau bahan yang terbatas