LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR
TEKNOLOGI
HASIL TERNAK
Jurusan/Program Studi Peternakan
Disusun Oleh:
Kelompok 18
Nisakurin Rahmah H0513102
Nur
Shoodiq A. H0513107
Nurtiyasiningsih H0513109
Ratih Dewi
Hapsari H0513121
Rohmawan H0513129
Sugiharti H0513132
Titik
Kadarwati H0513137
LABORATORIUM INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL TERNAK
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
IV.
PENGUJIAN SIFAT KULIT
A.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Kulit merupakan pelindung tubuh bagi hewan bertingkat tinggi.
Susunan kimia kulit segar terdiri dari air, protein, lemak, mineral, vitamin,
karbohidrat dan enzim. Komposisi kulit berbeda-beda tergantung pada jenis,
bangsa, umur dan jenis kelamin. Secara umum kulit segar terdiri dari air 64%,
protein 33%, lemak 2%, substansi 0,8% dan mineral 0,2%.
Sifat-sifat fisik kulit adalah ketahanan kulit terhadap pengaruh
luar, baik pengaruh mekanik maupun pengaruh lingkungan. Kekerasan dan kualitas
kulit dipengaruhi oleh kadar lemak, air, protein fibrous dan protein globular
dalam kulit. Kekuatan kulit terutama dipengaruhi oleh kadar protein dalam
kulit.
Kandungan air dalam
protein kolagen akan mempengaruhi pengerutan kulit. Perkamen nilai pengerutan
pada kulit lebih kecil daripada kulit kering. Penyebab hal tersebut karena
kulit perkamen serabutnya sudah banyak yang putus dan kadar protein kulit
perkamen lebih rendah daripada kulit kering. Terputusnya serabut akan
mempengaruhi kekuatan kulit, dalam hal ini adalah persentase kerut maksimal.
2.
Tujuan Praktikum
Tujuan
dari Pengujian Sifat Kulit ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik kulit dan
persentase kemuluran kulit setelah kulit mengalami proses penyamakan.
3.
Waktu dan Tempat Praktikum
Pengujian Sifat Kulit ini
dilaksanakan pada Rabu, 16 April 2014 pada pukul 11.20-12.50 WIB bertempat di
Ruang 10 Gedung B, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
B.
Tinjauan Pustaka
Kulit merupakan salah satu
jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan sebagai suatu komoditi
perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Dilihat dari data statistik nilai
ekspor kulit Indonesia, dimana pada tahun 2008 nilai ekspor kulit mencapai
7,600 kg dengan harga jual US$
100,000,000. Nilai ekspor yang tinggi ini dapat memberi keuntungan yang cukup
baik bagi industri kulit yang ada di
Indonesia. Kulit
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sepatu, jaket, dompet, ikat pinggang serta
masih ada beberapa produk-produk lain yang memanfaatkan kulit sebagai bahan
bakunya, seperti kerupuk kulit dan gelatin untuk bahan pangan. Komoditas kulit
digolongkan menjadi kulit mentah dan kulit samak (Purnomo, 2000).
Kulit mentah adalah bahan
baku kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan sampai kulit yang mengalami
proses-proses pengawetan atau siap samak. Kulit mentah dibedakan atas kulit
hewan besar seperti sapi, kerbau, steer, dan kuda. Kelompok kulit yang berasal
dari hewan kecil, seperti kambing, domba, calf , dan kelinci termasuk di
dalamnya kulit hewan besar yang belum dewasa seperti kulit anak sapi dan
kuda (Judoamidjojo, 2000).
Berat kulit mentah akan berpengaruh terhadap kekuatan tarik kulit.
Rata-rata berat kulit mentah kulit kambing PE adalah 1,306 kg dan kulit kambing
PB adalah 1,750 kg, hal ini dapat mempengaruhi nilai hasil kekuatan tarik kulit
samaknya. Nilai kekuatan tarik kulit kambing PE lebih tinggi daripada kekuatan
tarik kulit kambing PB (Prayitno et al,
2005).
Reaksi penyamakan merupakan suatu sistem keseimbangan. Proses
penyamakan yang lebih lama akan menghasilkan lebih banyak krom yang terikat
pada kolagen. Efisiensi penyamakan krom tergantung pada konsentrasi krom dalam
larutan yang juga merupakan faktor penentu dalam penyebaran bahan penyamak.
Konsentrasi krom yang masuk dalam struktur serabut kolagen tinggi akan
mengakibatkan kecepatan reaksi antara kolagen dengan krom tinggi, sebaliknya
pada konsentrasi yang rendah, kecepatan reaksi antara kolagen dengan krom juga
rendah (Ludvik, 2000).
Kekuatan sobek ekuivalen dengan kekuatan tarik kulit samak dan
berbanding terbalik dengan kemuluran. Kulit samak jika kekuatan tariknya tinggi
maka kekuatan sobeknya juga tingi. Tinggi rendahnya kekuatan tarik kulit samak
dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jenis bahan penyamak, lama
penyamakan, spesies dan umur hewan (Etherington et al, 2000).
C.
Materi dan Metode
1.
Materi
a.
Alat
1)
Tensile strength meter
2)
Jangka sorong, dan atau skin thickness micrometer
3)
Tatah
4)
Penggaris
5)
Beban
b.
Bahan
1)
Kulit samak lapis
2)
Kulit samak bulu dari bulu kambing
atau kulit samak krom
2.
Metode
a.
Membuat sampel kulit seperti
pada gambar 1.
b.
Mengukur ketebalan kulit
dengan jangka sorong pada tiga bagian.
c.
Menjepit sampel kulit pada tensile strength meter dari Scooper dengan jarak antara penjepit 5
cm.
d.
Skala yang menunjukkan beban
maksismum dan angka pertambahan panjang diatur pada angka nol
e.
Menjalankan pesawat sampai
sampel kulit putus dengan menambah beban sedikit demi sedikit.
f.
Mencatat berat beban yang
dibutuhkan sampai sampel kulit menjadi putus ditimbang dan angka pertambahan
panjang sampel kulit pada skala.
D.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran
URAIAN
|
UKURAN
|
Luas
Penampang Kulit
Beban
yang dibutuhkan
Gaya
yang dibutuhkan
Kekuatan
Tarik
%
Kemuluran
Kerut
maksimal
|
0,164 cm2
1,92 kg
19,2 N
117,073 N/cm2
15,41 %
12,68 %
|
Sumber : Laporan Sementara
Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak 2014
Perhitungan
:
a. Uji
Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Panjang Awal =
10,25 cm
Panjang Akhir =
8,95 cm
Beban =
1,92 kg
Tebal Rata-rata =
0,016 cm
Gaya Gravitasi =
10 m/s2
b. Luas
Penampang Kulit (A)
A =
tebal rata-rata x lebar kulit
= 0,016
x 10,25
= 0,164 cm2
c. Beban
yang dibutuhkan = 1,92 kg
d. Gaya
yang dibutuhkan (F)
F =
beban x gaya gravitasi
=
1,92 x 10
=
19,2 N
e.
Kekuatan
Tarik
Kekuatan Tarik
f.
%
Kemuluran
% Kemuluran
g.
Kerut maksimal
= 12,68 %
2.
Pembahasan
Kulit yang diujikan pada
pengujian kulit ini yaitu kulit kambing dengan lebar 10,25 cm dan tebal 0,016
cm serta panjang awal kulit sebesar 8,95 cm. Pengujian hanya dilakukan pada
keadaan fisik kulit tersebut, dan tidak melakukan pengujian terhadap kandungan
air, protein, lemak, mineral dan senyawa lain seperti pigmen. Hasil percobaan
diperoleh kekuatan tarik kulit sebesar 117, 073 N/cm2 dari
perhitungan yang ada yaitu dengan membagi gaya yang dibutuhkan dengan luas
penampang yang masing-masing sebesar 19,2 N dan 0,164 cm2. Luas
penampang itu sendiri didapat dari tebal rata-rata kulit sebesar 0,016 cm
dikalikan dengan panjang kulit sebesar 8,95 cm. Gaya yang dibutuhkan didapat
dari perhitungan beban sebesar 1,92 kg dan dikalikan gravitasi sebesar 10 N/kg.
Kemudian persen kemuluran dicari dengan cara membagi panjang tarik kulit
tersebut dengan panjang awal kulit kemudian dikalikan dengan 100% yang akhirnya
diperoleh hasil persen kemuluran sebesar 14,41 %.
Menurut Etherington
(2008) kulit
merupakan organ tunggal tubuh paling berat, pada sapi sekitar 6-8%, dan domba
8-12%, dengan demikian kulit juga merupakan hasil ikutan ternak yang paling
tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by-product yang dihasilkan oleh seekor
ternak. Kulit segar tersusun dari 64% air, 33% protein, 2% lemak, 0,5% garam
mineral dan 0,5% penyusun lainnya misalnya vitamin dan pigmen. Kualitas
kulit kambing PE tidak berbeda dengan kulit kambing PB ditinjau dari
kemuluran dan kekuatan sobek sedangkan
terdapat perbedaan kualitasnya
apabila ditinjau dari kelemasan, kekuatan
tarik dan kekuatan
jahit. Kekuatan tarik kulit tinggi
maka kekuatan sobeknya juga tingi. Tinggi rendahnya kekuatan tarik kulit samak
dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jenis bahan penyamak, lama
penyamakan, spesies dan umur hewan.
Berdasarkan pengamatan uji kualitas kulit
didapatkan hasil kekuatan tarik kulit sebesar 117,073 N/cm2 dan
diperoleh hasil persen kemuluran sebesar 87,3 %. Hasil tersebut tidak sesuai
dengan tinjauan pustaka yaitu semakin tinggi kekuatan tarik kulit maka % kemuluran
juga semakin tinggi. Ketidaksesuaian hasil dengan tinjauan pustaka dapat
dikarenakan panjang tarik yang didapat lebih pendek daripada panjang awal
sebelum dilakukan pengujian.
E. Kesimpulan dan Saran
1.
Kesimpulan
Sifat kulit hewan ternak dapat diketahui melalui uji
kekuatan tarik dan kemuluran hingga kita mengetahui % kemuluran. Hasil percobaan diperoleh kekuatan tarik
sebesar 117,073 N/cm2. Perolehan hasil % kemuluran sebesar 15,41 %. Data pengujian kami
menunjukkan tingginya kekuatan tarik tidak mempengaruhi tingginya % kemuluran.
2.
Saran
Saran dari kelompok kami
untuk praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak kedepannya antara lain :
a. Kedisiplinan
dalam melaksanakan praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak lebih diperhatikan
oleh Praktikan maupun Asisten sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik.
b. Keaktifan tiap-tiap anggota kelompok praktikan sangat
diperlukan baik dalam melakukan praktikum maupun bertanya sehingga dapat melaksanakan
praktikum dengan baik.
c. Penyediaan alat dan bahan yang memadai sehingga praktikum
Dasar Teknologi Hasil Ternak dapat berjalan dengan seharusnya tanpa ada
gangguan dikarenakan alat atau bahan yang terbatas