Senin, 23 Maret 2015

praktikum peternakan tentang deteksi biologis mikrobia

DETEKSI BIOLOGIS MIKROBIA
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Mikrobiologi adalah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari 5 kelompok organisme: bakteri, virus, protozoa, algae dan cendawan mikroskopis. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa diantaranya ada yang bermanfaat dan ada pula yang merugikan. Mikroorganisme ada beberapa yang menyebabkan penyakit dan ada pula yang terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi pinisilin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah.
Hasil yang diperoleh dari usaha peternakan seperti daging dan susu merupakan produk memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sehingga digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Daging dan susu merupakan bahan pangan yang cocok bagi pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini dikarenakan kandungan nutrien yang tinggi merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Apabila tidak dilakukan secara tepat dan benar serta penyimpanan yang terlalu lama dapat menyebabkan mikrobia tumbuh banyak. Oleh karena itu diperlukan teknik khusus dengan menggunakan teknologi modern.
2.      Tujuan Praktikum
a.    Mahasiswa dapat melaksanakan deteksi mikrobia secara biologis.
b.   Mahasiswa dapat menunjukkan peralatan untuk deteksi mikrobia secara biologis.
c.    Mahasiswa dapat menerapkan cara deteksi mikrobia secara biologis.
d.   Mahasiswa dapat trampil menggunakan peralatan yang digunakan untuk deteksi mikrobia secara biologis.
e.    Mahasiswa dapat melaksanakan preparasi sampel bahan untuk mikrobia secara biologis.
f.    Mahasiswa dapat menyiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk uji mikrobia secara biologis.
B.     Tinjauan Pustaka
1.      Uji Eber
Pengujian ini merupakan salah satu cara untuk membuktikan adanya gas NH3 pada daging yang sudah busuk. NH3 terbentuk pada awal pembusukan jadi pengujian ini bisa untuk mendeteksi permulaan pembusukan daging. Uji ini digunakan reagent Eber yang mengandung HCl, alcohol 96%, dan eter dengan perbandingan 1:3:1. Hasil positif pemeriksaan yaitu adanya NH3 yang ditunjukkan adanya embun pada tabung karena gas NH3 yang keluar dari daging akan berikatan dengan uap HCl yang ada pada tabung dan akan keluar terbentuk embun NH4Cl (Dewi, 2012).
2.      Uji Hidrogen Sulfida
Uji H2S pada dasarnya adalah uji untuk melihat H2S yang dibebaskan oleh bakteri yang menginvasi daging tersebut. H2S yang dilepaskan pada daging membusuk akan berikatan dengan Pb acetat menjadi Pb sulfit (PbSO3) dan menghasilkan bintik-bintik berwarna coklat pada kertas saring yang diteteskan Pb acetat tersebut. Kelemahan uji ini hanya bila bakteri penghasil H2S tidak tumbuh maka uji ini tidak dapat dijadikan ukuran             (Mustaqim, 2012)
3.      Uji Daya Fermentasi Susu
Produk persusuan yang difermentasi dihasilkan dengan cara menginokulasi susu yang telah dipasteurisasi dengan suatu biakan mikroorganisme, akan diketahui sebagai biakan pemula untuk menghasilkan fermentasi yang dikehendaki. Jadi menjamin produk yang dihasilkan baik dan seragam secara kualitas, apabila dibiarkan pada keadaan yang memungkinkan pertumbuhan bakteri, susu yang mentah dengan mutu yang baik akan memberikan rasa asam yang khas. Perubahan utama yang terjadi fermentasi laktosa menjadi asam laktat. Tipe perubahan ini sering disebut sebagai fermentasi normal susu (Nelson, 2000).
C.    Materi dan Metode
1.      Materi
a.    Uji Eber
1)      Bahan
a)   Larutan eber (dietil eter, HCl pekat, dan alkohol 96 % dengan perbandingan 1:1:3)
b)   Daging segar
c)   Daging refrigerasi
d)  Daging beku
2)      Alat
a)   Tabung reaksi
b)   Pipet ukur
c)   Kawat steril
d)  Pisau
e)   Pinset
f)    Sumbat
b.   Uji Hidrogen Sulfida
1)      Bahan
a)   Larutan eber (dietil eter, HCl pekat, dan alkohol 96 % dengan perbandingan 1:1:3)
b)   Daging segar
c)   Daging refrigerasi
d)  Daging beku
2)      Alat
a)   Tabung reaksi
b)   Pipet ukur
c)   Kawat steril
d)  Pisau
e)   Pinset
f)    Sumbat
c.    Uji Daya Fermentasi Susu
1)      Bahan
a)   Susu segar 40 ml
b)   Susu sterilisasi 40 ml
2)      Alat
a)   Becker glass
b)   Gelas ukur
c)   Oven
d)  Termometer
2.      Metode
a.       Uji Eber
1)      Mengambil sampel daging masing-masing sebanyak 5 gram dengan menggunakan pinset steril dan menusuknya dengan kawat steril.
2)      Memasukkan sampel daging pada tabung reaksi yang telah diisi dengan 5 ml larutan Eber.
3)      Uji eber positif jika terbentuknya kabut pada ruang udara tabung reaksi.
b.      Uji Hidrogen Sulfida
1)        Mengambil sampel daging masing-masing sebanyak 5 gram dengan menggunakan pinset steril dan menusuknya dengan kawat steril.
2)        Memasukkan sampel daging pada tabung reaksi yang telah diisi dengan 5 ml larutan Eber.
3)        Mendeteksi kebusukan dengan menggunakan PbSO4 atau FeSO4.
4)        Meneteskan larutan tersebut pada permukaan kain yang diletakkan pada permukaan tabung reaksi.
5)        Uji Hidrogen Sulfida positif jika terdapat bercak-bercak bewarna coklat kehitaman pada permukaan kain.
c.       Uji Daya Fermentasi Susu
1)      Memasukkan susu segar dan susu steril sebanyak 40 ml ke dalam becker glass.
2)      Menginkubasi susu tersebut dengan menggunakan oven pada suhu 370C sampai terjadi penggumpalan.
3)      Menyaring gumpalan yang terbentuk kemudian menimbang gumpalan yang telah tersaring.
D.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.      Uji Eber
a.    Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Uji Eber
Sampel
Hasil Uji Eber Hari ke-
Keterangan
2
3
Daging segar
+++
+++
Kabut terbanyak
Daging refrigasi
++
++
Kabut sedang
Daging beku
+
+
Kabut paling sedikit
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Mikrobiologi Ternak 2014
b.    Pembahasan



Gambar 3.1 Uji Eber

Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada uji eber di peroleh hasil yang berbeda pada tiap sampel. Urutan kabut yang dihasilkan dari yang paling banyak adalah daging segar selanjutnya daging refrigasi. Hasil untuk daging beku memiliki kabut paling sedikit.
Daging segar terdapat kabut yang paling banyak. Hal ini dikarenakan pada daging segar tidak dilakukan penyimpanan secara khusus pada suhu tertentu. Daging segar hanya dibiarkan pada suhu kamar atau di tempat terbuka sehingga akan terkontaminasi oleh mikroorganisme. Kabut sampel daging dingin terdapat kabut dalam jumlah agak sedikit. Hal ini dikarenakan pada proses pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi metabolisme, sedangkan pada daging beku hanya sedikit kabut yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku bahan makanan dapat menyebabkan kematian bakteri secara sempurna pada sel vegetatifnya, oleh karena itu pada uji eber ini akan terbentuk kabut yang paling sedikit. Adanya NH3 yang ditunjukkan adanya embun pada tabung karena gas NH3 yang ,keluar dari daging akan berikatan dengan uap HCl yang ada pada tabung dan akan keluar terbentuk embun NH4Cl (Dewi, 2012)
Berdasarkan  hasil uji Eber dapat diketahui daging segar terdapat kabut paling banyak dan daging beku paling sedikit kabutnya. Berdasarkan uji eber dapat diketahui bahwa Mikrobia paling banyak terdapat pada daging segar selanjutnya yang kedua pada daging refrigasi dan yang terakhir pada daging beku. Penyimpanan pada sampel dengan menggunakan suhu rendah membantu menanbah daya simpan karena menghambat pertumbuhan mikrobia.
2.    Uji Hidrogen Sulfida
a.    Hasil Pengamatan
Tabel 3.2 Hasil Uji Hidrogen Sulfida
Sampel
Hasil Uji H2S Hari ke-
Keterangan
2
3
Daging segar
-
-
Daging dalam keadaan baik, tidak terjadi pembusukan.
Daging refrigasi
-
-
Daging beku
-
-
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Mikrobiologi Ternak 2014
b.   
Pembahasan






Gambar 3.2 Uji Hidrogen Sulfida
Hasil uji H2S pada sampel daging segar menunjukkan bahwa daging tersebut belum terjadi pembusukan. Sampel daging dingin dan daging beku juga menunjukkan hasil negatif. Uji H2S pada dasarnya adalah uji untuk melihat H2S yang dibebaskan oleh bakteri yang menginvasi daging tersebut.
H2S yang dilepaskan pada daging membusuk akan berikatan dengan Pb acetat menjadi Pb sulfit (PbSO3) dan menghasilkan bintik-bintik berwarna coklat pada kertas saring yang diteteskan Pb acetat tersebut. Kelemahan uji ini, bila bakteri penghasil H2S tidak tumbuh maka uji ini tidak dapat dijadikan ukuran. Pembusukan dapat terjadi karena dibiarkan di tempat terbuka dalam waktu relatif lama sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat dan terjadi proses fermentasi oleh enzim-enzim yang membentuk asam sulfida dan ammonia (Mustaqim, 2012).
Berdaarkan uji asam sulfida diperoleh hasil bahwa ketiga sampel negatif tehadap uji hidrogen sulfida. Hal ini menunjuka daging dalam keadaan baik dan belum mengalami pembusukan. Adanya bakteri kemungkinan masih ada dikarenakan uji ini hanya mendeteksi bakteri penghasil hidrogen sulfida.



3.    Uji Daya Fermentasi Susu
a.    Hasil Pengamatan
Tabel 3.3 Hasil Uji Daya Fermentasi Susu
Sampel
t masuk
T jendal
Susu segar
10, 40
11,43
Susu fermentasi
10,56
11,32
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Mikrobiologi 2014
b.    Pembahasan





Gambar 3.3 Uji Daya Fermentasi Susu
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik. Fermenrasi terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Uji fermentasi susu diperoleh hasil t masuk pada sampel susu segar adalah 10,40 dan pada susu fermentasi adalah 10,56. Hasil t jendal pada sampel susu segar adalah 11,43 dan pada susu fermentasi adalah 11,32. Hasil uji fermentasi susu diperoleh hasil yang berbeda antar sampel dan terjadi berbedaan antara t masuk dan t jendal.
Proses fermentasi kultur murni dapat digunakan secara tunggal ataupun secara campuran. Contoh penggunaan kultur murni tunggal adalahLactobacillus casei pada fermentasi susu. Contoh campuran kultur murni adalah pada fermentasi kecap, yang menggunakan Aspergillus oryzae pada saat fermentasi kapang dan saat fermentasi garam digunakan bakteri Pediococcus sp dan khamir Saccharomyces rouxii.
E.     Kesimpulan
1.         Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Deteksi Biologis Mikrobia dapat disimpulkan:
a.       Berdasarkan uji eber diperoleh hasil bahwa daging yang memiliki mikrobia paling banyak adalah daging segar, selanjutnya daging refrigrasi, serta daging beku.
b.      Uji Hidrogen sulfida diperoleh hasil bahwa ketiga sampel daging yaitu daging segar, daging refrigrasi dan daging beku negatif terhadap uji hidrogen sulfida.
c.       Berdasarkan uji Fermentasi susu diperoleh hasil t masuk pada sampel susu segar adalah 10,40 dan pada susu fermentasi adalah 10,56. Hasil t jendal pada sampel susu segar adalah 11,43 dan pada susu fermentasi adalah 11,32.





1 komentar: